[caption id="attachment_255" align="alignleft" width="243" caption="Muhammad Jusuf Kalla"]
[/caption]
Sosok Jusuf Kalla atau akrab dipanggil JK bukanlah sosok yang asing bagi kita. Sejumlah jabatan penting di negeri ini pernah tersandang di pundaknya, antara lain, Menteri, Menko, Wakil Presiden, Ketua Umum Partai Golkar, hingga Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI).
NAMA lengkapnya Muhammad Jusuf Kalla dilahirkan di Bone, Sulawesi Selatan 15 Mei 1942. Lahir dari seorang pengusaha berada. Ayahnya Hadji Kalla adalah pemilik NV Hadji Kalla di Makassar, sementara ibunya bernama Athirah. Sejak kecil JK tumbuh dalam suasana perbedaan yang kental. Ayahnya pengikut Nahdatul Ulama sedangkan sang ibu merupakan warga Muhammadiyah. Sejak usia muda Jusuf Kalla sudah sering diikutsertakan dalam usaha membantu orangtua. Karena itu ia menguasai persoalan dalam dunia usaha. Dalam bisnis ia telah dididik menjadi orang yang ulet, jujur, memperhatikan langganan, mempunyai visi ke depan. Itulah sebabnya Kalla mampu mengendalikan sejumlah perusahaan seperti NV Hadji Kalla, PT Bumi Karsa, PT Bumi Sarana Utama, PT Kalla Inti Karsa, PT Bukaka Singtel International, dan PT Bukaka Teknik Utama.
Sukses di bidang bisnis tak cukup baginya kalau tidak masuk ke dunia politik. Kiprahnya menanjak ketika menjabat Menteri Perdagangan dan Perindustrian sekaligus Menko Kesejahteraan Rakyat pada era Presiden Abdurrahman Wahid dan berlanjut pada era Megawati. Pada saat itulah dia memimpin perdamaian di Poso dan Maluku. Karir politik terus melejit ketika kemudian digandeng SBY menjadi calon wakil presiden periode 2004-2009. Kejelian dan kesigapan SBY meminang JK sebagai cawapres semakin mendongkrak popularitas SBY dan mengukuhkan kompetensi pasangan ini.
Tawar menawar politik SBY kian kuat terutama di parlemen. Salah satu prestasi yang tidak dilupakan adalah perannya sebagai inisiator perdamaaian di Nangroe Aceh Darussalam antara Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka. Perpisahannya dengan SBY pada pemilu 2009 mencerminkan ketidakpuasan JK terhadap gaya kepemimpinan SBY. Demikian pandangan Paulus Mujiran, seorang penulis lepas dari Semarang.
Kini, Jusuf Kalla adalah Ketua PMI Pusat. Dia terpilih secara aklamasi menjadi ketua Palang Merah Indonesia dalam Munas PMI ke-19 di Hotel Milenium, Jakarta, 22 Desember 2009.
“Saya diamanahkan untuk memimpin PMI lima tahun ke depan,” ujar JK dalam jumpa pers usai terpilih sebagai Ketua PMI. JK berjanji segera akan menghasilkan program. Selain juga akan menyusun kepengurusan yang kuat untuk PMI ke depan.
Mengenai program apa yang akan di laksanakan, JK mengaku akan melanjutkan saja program yang sudah dirintis oleh Marie Muhammad, Ketua PMI sebelumnya. “Sebagai lembaga kemanusiaan PMI harus aktif nanti,” kata JK.
Program palang merah, lanjut JK, secara resmi diatur dalam AD/ART, program umum diatur secara nasional maupun internasional, dan program yang disusun kepengurusan adalah yang diamanahkan dalam munas untuk menjaga PMI sebagai lembaga kemanusian yang kuat dan independen.
Sebagai lembaga kemanusiaan, kata JK, jika ada perang maka PMI bisa melakukan upaya untuk mencegah pecah perang tersebut. Juga apabila ada bencana, maka PMI bisa membantu menolong korban bencana tersebut.
Dan janji itu kini telah dipenuhinya. Dalam hal penanggulangan bencana di Indonesia, rakyat Indonesia layak berterima kasih kepada sosok Jusuf Kalla. Tidak ada satu pun di negeri ini melebihi mantan Wakil Presiden itu soal kesigapan dan kecekatan dalam menanggulangi bencana.
Kita tentu masih ingat, pada saat tsunami Aceh, waktu Jusuf Kalla masih jadi Wapres. Dengan sigap JK mengeluarkan SK Wapres. Meski waktu itu mengundang polemik. (Karena tidak ada SK Wapres). Tapi polemik itu mereda setelah hasilnya kita rasakan semua.
Dalam melakukan penanggulangan bencana, tampaknya JK berprinsip segera ambil tindakan. Sedangkan untuk pertanggungjawaban, itu kemudian dibicarakan. Dan itu terlihat dalam pelaksanaannya di lapangan.
Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum Palang Merah Indonesia, JK masih tetap menunjukkan kelasnya sebagai seorang pemimpin yang sigap. Hal ini buktikan dalam bencana Wasior, Mentawai, dan Merapi. Di Mentawai, misalnya, sementara pemerintah belum melakukan tindakan apa-apa, JK sudah menginap di sana.
Untuk letusan Merapi, JK dengan PMI-nya yang bisa secara langsung mendatangkan kendaraan yang bisa mendekati Merapi. Karena itu, dia mempertanyakan, “Jadi kemana saja anggaran miliaran yang dimiliki pemerintah kalau untuk itu (kendaraan seperti yang dimiliki PMI) saja tidak ada.”
Tak hanya itu, JK juga dengan sigap membangun kebutuhan MCK serta memborong semua roti yang ada di Yogyakarta dan makanan di warung-warung untuk diberikan kepada pengungsi.
“Kita akan borong semua roti-roti yang ada di Yogyakarta untuk kita bagi-bagikan kepada masyarakat korban bencana. Ini juga untuk menghidupi kembali pengusaha roti yang terkena dampak letusan Gunung Merapi,” ujar JK.
Dalam suatu kesempatan berkeliling menghampiri para pengungsi dan posko PMI di Maguwoharjo, beberapa pengungsi dan relawan PMI sempat meneriakkan dukungan bagi JK agar menjadi presiden.
“Lebih cepat lebih baik. JK for president,” teriak para pengungsi.
Melihat hal itu, tidak ada reaksi yang ditunjukkan oleh JK. Dia sibuk memperhatikan penanganan para pengungsi oleh relawan di sejumlah posko. “Sabar ya. Sabar bu,” ucap JK pada seorang ibu asal Cangkringan.
Kini, setelah aktivitas Gunung Merapi mulai reda, bukan berarti bahwa tugas Pemerintah telah selesai. Kembali JK mengingatkan pemerintah agar segera memikirkan rencana penanganan korban meletusnya Gunung Merapi pascabencana.
Menurutnya, para korban Merapi tidak hanya membutuhkan bantuan rehabilitasi fisik saja, melainkan juga rehabilitasi ekonomi. Pembangunan rumah dan fasilitas warga yang hancur harus dilanjutkan dengan subsidi ekonomi. “Bagaimana lagi, mereka kehilangan rumah, ternak, pertanian, itu sama saja kehilangan pekerjaan. Saya usul pemerintah sekaligus rehabilitasi ekonomi,” katanya di Gedung Diklat Dr Satoto PMI Jateng, Minggu (7/11).
Bentuknya, selain berupa pembangunan sarana ekonomi juga dengan memberikan subsidi langsung kepada para korban. “Berikan subsidi seperti BLT selama setahun hingga benar-benar pulih ekonominya,” tegasnya. //**
sumber : http://nuansaonline.net/index.php?option=com_content&task=view&id=471&Itemid=1