Novi Wulandari siswi SMA Negeri 2 Lamongan, Jawa Timur berhasil meraih peringkat 2 nasional dan peringkat 1 se-Jatim. Siswi jurusan IPA ini meraih nilai ujian nasional (NUN) 58,50 dengan nilai rata-rata 9,19.
Terpilihnya Novi memang sudah ditebak. Novi dikenal pendiam oleh teman-temannya itu sudah menunjukkan keenceran otaknya. Di kelas 1 dan 2, dia selalau meraih rangking pertama di kelasnya. "Anak saya memang rajin dan selalu meraih rangking pertama di kelasnya," kata Rapi Setiawati ibunda Novi Wulandari, Jumat (25/05/2012).
[caption id="attachment_1831" align="aligncenter" width="201" caption="Novi Wulandari"]
[/caption]
Namun prestasi rapornya sempat turun di kelas 3 menjadi rangking ke-5. Saat ditanya penyebab turunnya prestasi di kelasnya itu, dengan berkaca-kaca, warga Perumnas Made Jalan Maderejo Gang 3 No 10 merasa terbebani dengan masa depannya setelah lulus nanti.
Anak kedua dari pasangan Rapi Setiawati dan Mohammad Mustakim berasal dari keluarga tidak mampu. Ibu kandung Rapi Setiawati hanya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga yang hanya mendapatkan upah Rp. 500.000 per bulan. Sedangkan ayahnya Mohammad Mustakim berprofesi sebagai karyawan toko sepatu dan sandal di Pasar Lamongan yang hanya mendapat upah Rp. 750.000 per bulan. Selama ini biaya pendidikan Novi lebih banyak disokong beasiswa.
Dia berharap, jika dalam UN dia bisa berprestasi tingkat nasional, ini bisa mendapat secercah harapan.
"Sejak awal sebelum pelaksanaan UN, saya memang berkeinginan harus bisa berprestasi nasional, selain untuk membanggakan orang tua, saya juga mendengar akan ada bantuan untuk siswa yang berprestasi nasional," kata Novi sembari menambahkan jika saat UN ayahnya terbaring sakit.
"Saya sendiri tidak pernah punya firasat akan meraih prestasi ini," kata dia.
Novi menuturkan, tidak mengikuti bimbingan belajar dan tidak punya metode khusus dalam belajar. Bahkan dia belajar jika hanya sedang mood saja. Namun dia lebih sering belajar sekitar jam 01.00 WIB dini hari selepas Salat Malam dan baru selesai belajar menjelang Salat Shubuh.
Sementara itu, dara kelahiran 18 Oktober 1993 ini menuturkan, kendati meraih NUN tertinggi tingkat nasional dan Jatim. Dirinya, merasa terbebani dengan masa depannya setelah lulus nanti. Sebab, takut tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena keluarganya tidak mampu.
[caption id="attachment_1832" align="aligncenter" width="371" caption="Novi Wulandari bersama ibunda Rapi Setiawati"]
[/caption]
"Saya ragu tidak bisa melanjutkan ke Universitas Gajah Mada jalur undangan sebab kondisi keluarga saya tidak mampu. Apalagi ayah sedang sakit," tuturnya.
Siswi yang berkeinginan bisa diterima di UGM mengaku menyukai mata pelajaran fisika. Sehingga dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan, dia memilih jurusan Geofisika dan Statistika di UGM. Namun jika tak lolos jalur undangan, dia akan menempuh jalur regular di ITS jurusan Fisika.
Novi juga sudah lolos seleksi tahap pertama Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. Ia masih harus menjalani proses seleksi tahap 2 dan tahap 3. "Kalau ayah ibu sih berharap bisa masuk STIS karena ikatan dinas dan tidak perlu memikirkan biaya," tutur Novi.
sumber