Sisi lain dari sebuah blog
[caption id="attachment_515" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi blog"]
[/caption]
Sejak kemunculannya pada akhir tahun 2002, blog yang pertama kali dipopulerkan oleh Bloger.com, telah menarik khalayak untuk menggunakannya secara luas. Penggiat salah satu aplikasi dari internet yang dulunya dikembangkan oleh PyraLab ini, yang diberi nama blogger semakin menjamur terutama di kota-kota besar karena adanya dukungan fasilitas internet yang baik.
Mereka yang menjadikan blog sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat modern, kemudian membentuk komunitas dan secara rutin mengadakan pertemuan guna mendiskusikan pemanfaatan blog untuk berbagai tujuan. Hingga penghujung tahun 2010 kemarin, jumlah blogger di seluruh Indonesia telah mencapai sekitar 3,4 juta orang dengan penambahan signifikan pada tiap tahunnya.
Blog diklasifikasikan ke dalam banyak jenis, tergantung dari isi dan tujuan penulisan. Blog pribadi berisi pengalaman keseharian, keluhan, gagasan, dan perbincangan ringan dengan teman-teman si penulis. Seseorang dapat menyalurkan kegemaran menulis cerita pendek atau puisi melalui blog sastra. Blog social-politik diperuntukan bagi mereka yang resah terhadap kondisi bangsa dan negara yang tengah dilanda penyakit social untuk dicurahkan ke dalam tulisan. Blog pariwisata dan jalan-jalan menarik untuk disimak apabila pembaca ingin mendapatkan tempat-tempat wisata alternatif yang bisa disambangi, berikut tips-tips traveling yang bermanfaat.
Meluasnya penggunaan blog di tengah-tengah masyarakat, selain sudah menjadi life-style, dikarenakan kelebihan media komunikasi itu yang melampui media konvensional yang telah dikenal masyarakat sebelumnya, seperti surat kabar, radio, maupun televisi. Blog dapat digunakan orang per orang, berbeda dengan tiga media yang disebutkan di depan, karena blogger tidak memerlukan modal yang besar, ijin yang susah, dan pengetahuan yang rumit untuk menggunakannya.
Hanya berbekal kemauan menulis dari para blogger tanpa harus memiliki kemampuan tulis-menulis yang mumpuni seperti dipersyaratkan pada dunia surat kabar, blog sudah bisa dijalankan. Mereka bebas menuliskan apa yang menjadi pemikiran tentang apa pun, seperti tema sehari-hari yang ringan hingga persoalan social-politik yang berat. Dengan sifat personalitas seperti itu, maka blog lebih bisa dikatakan sebagai buku harian online bagi penggunanya. Yang membedakan dari buku harian biasa adalah blog dapat diakses dan ditanggapi oleh peselancar lain di dunia maya.
Dalam kaitannya dengan citizen journalism, blog menjadi sarana untuk melihat sebuah fenomena social, politik, budaya, dan ekonomi dengan pendekatan berbeda. Blog menghadirkan sudut pandang yang tidak terungkap atau mungkin diabaikan oleh media mainstream. Melihat sisi ini, blog bisa dianggap sebagai pembanding informasi yang disebar oleh media massa kepada khalayak luas atau menjadi penyuara aspirasi yang luput dari sorotan media.
Kekayaan sudut pandang yang terwujud dalam penulisan/ pemberitaan dalam banyak blog memberikan para pembacanya informasi yang lebih luas, lebih mendalam dan secara beragam. Sehingga judgment terhadap suatu peristiwa tidak dilakukan hanya sekedar hitam dan putih saja, tetapi juga sudah menyentuh pada aspek bagaimana suatu peristiwa itu bisa terjadi. Dengan ini, suatu solusi atas suatu permasalahan dapat dipecahkan hingga ke akar-akarnya secara bersama dengan kekayaan sudut pandang.
Namun, sisi personalitas blog juga tetap menyisakan persoalan lain. Karena blog, seperti yang telah disinggung di atas, ditulis berdasar subyektifitas penulisnya-penulis bisa menulis apa yang menjadi persepsinya. Maka apabila blog berdiri sendiri tanpa ada blog pembanding lainnya yang mengulas suatu isu yang sama, akan menyebarkan penilaian yang tendensius. Self-judgment yang mendasari penulisan suatu blog dalam menanggapi terjadinya suatu peristiwa, apalagi yang dialami oleh diri sendiri acapkali akan mempengaruhi pendapat orang lain yang tak ada kaitannya dengan hal itu. Bukan tidak mungkin self-judgment akan berkembang lebih jauh lagi menjadi communal-judgment, minimal dalam kalangan teman sepermainan. Tentunya ada pihak-pihak yang dirugikan dalam hal ini. Terlebih lagi, blog, layaknya jejaring sosial seperti facebook dan twitter, juga menyambung hubungan orang-orang terdekat, dikenal, maupun yang memiliki kepentingan bersama.
Hal tersebut pernah dialami oleh Harumi Citra Adinda, seorang penulis blog bertema jalan-jalan, yang pernah mendapat tuduhan yang sangat menyakitkan dalam postingan blog pribadi temannya. Temannya membuat sebuah tulisan yang pada intinya ia dirugikan oleh Harumi. Reputasi jelek yang ditiupkan oleh penulis blog secara sepihak nyatanya ikut menyeret teman-temannya yang tidak tahu duduk permasalahan sebenarnya, ikut-ikutan memberi penilaian jelek pula kepada Harumi lewat postingan-postingan mereka. Apabila penilaian seperti ini dipakai sebagai referensi oleh pihak ketiga lainnya, tentunya Harumi sangat dirugikan, misal dalam karir dan kehidupan pribadinya karena image dia telah tercoreng akibat tersebarnya prasangka meneysatkan yang berlawanan dengan kenyataan.
Cerita mengenai isi blog yang terkesan “menyudutkan” suatu pihak adalah ketika seorang teman penulis mengadakan suatu pertandingan cerdas cermat. Cerdas cermat itu dinilai diwarnai kecurangan, karena penulis blog merasa ada peserta yang mendapat perlakuan istimewa oleh dewan juri. Tulisan itu mendapat tanggapan yang seragam oleh kawan-kawannya, yang cenderung melihat persoalan tersebut dari sudut pandang yang sama, yaitu menyalahkan panitia.
Entah secara sadar atau tidak sadar, self-judgment penulis suatu blog sering kali mempengaruhi penilaian kawan-kawan terdekatnya yang cenderung menyetujui apa yang menjadi pemikiran penulisnya terhadap peristiwa yang dialami. Bagaimanapun juga, penilaian mereka terhadap apa yang ditulis juga didasari oleh kedekatan hubungan secara fisik atau emosional dengan si penulis. Semakin dekat dengan penulis atau mengenal penulis, maka semakin tinggi kecenderungan mengikuti alur cerita dalam suatu blog. Apalagi kalau yang ditulis menempatkan si penulis menjadi korban suatu peristiwa walaupun pada kenyataannya bukan, pasti simpati buta akan mengalir kepadanya.
Dengan contoh kasus di atas, blog bisa kehilangan aspek kemanfaatan dalam menyuarakan sisi lain dari suatu peristiwa karena hanya dipakai sebagai senjata manipulasi peristiwa oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Di tengah banjir informasi yang digelontorkan oleh blog, pembaca blog dihadapkan pada kebingungan untuk mempercayai mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang akan atau sudah menceburkan diri di dunia perblogan.
Kalau kemampuan tulis menulis kurang dipersyaratkan bagi para blogger, tetapi kemampuan mengolah informasilah yang harus dikedepankan. Rasa skeptis perlu diutamakan oleh para peminat blog untuk untuk menyikapi jutaan informasi di dunia blog. Sehingga mereka tidak akan gampang terjerat pada pemahaman keliru dari informasi yang disebarkan oleh para bloger. (mad)